Selasa, 25 Desember 2012

Pengelolaan Prilaku Bermasalah Pada Anak SD

Nama : Lutfiana Ade Pamungkas
NPM : 10120333
Progdi : PGSD
E-mail : vianadepamungkas@gmail.com

Pengelolaan Prilaku Bermasalah Pada Siswa SD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran dikelas seorang guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi didalam kelas yang tenang, nyaman, tertib, dan tidak ada gangguan yang dapat menghambat proses pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai maksimal dan materi dapat tersampaikan kepada siswa, Guru harus menerapkan metode yang bervariatif dan dapat mengelola kelas dengan baik.
Salah satunya adalah mengelola perilaku bermasalah pada siswa. Perilaku bermasalah pada siswa perlu ditangani dengan serius dan tidak boleh menganggap remeh mengenai perilaku bermasalah, dikarenakan dengan adanya perilaku bermasalah, otomatis dapat mengganggu proses pembelajaran menjadi terhambat, situasi kelas menjadi tidak tenang dan aman dan bahkan, dapat menimbulkan efek-efek negatif kedepannya yang lebih parah, jika guru tidak cepat tanggap terhadap perilaku-perilaku bermasalah pada siswa.
Guru dapat mengamati tingkah laku siswa untuk mengetahui perilaku-perilaku bermasalah pada siswa, sehingga perilaku bermasalah dapat ditangani dengan cepat. Perilaku bermasalah pada siswa itu beragam macam dan jenisnya dan perlu mendapat perhatian khusus dari guru, oleh karena itu didalam makalah ini akan membahas secara lebih dalam mengenai perilaku-perilaku bermasalah pada siswa dan bagaimana upaya oran tua dan guru untuk menanggulangi timbulnya perilaku bermasalah.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah artikel ilmiah pengelolaan perilaku bermasalah pada siswa Sekolah Dasar adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan perilaku bermasalah?
2. Apa saja strategi pengelolaan perilaku bermasalah?
3. Bagaimana upaya orang tua dan guru untuk menanggulangi perilaku bermasalah?

C. Tujuan
Tujuan disusunnya artikel ilmiah pengelolaan perilaku bermasalah pada siswa Sekolah Dasar adalah :
1. Pembaca dapat mengetahui dan menjelaskan pengertian perilaku bermasalah.
2. Pembaca dapat mengetahui dan menerapkan strategi yang digunakan dalam menghadapi perilaku bermasalah.
3. Pembaca dapat mengetahui bagaimana cara untuk menanggulangi perilaku bermasalah.

D. Manfaat
Manfaat disusunnya artikel mengenai pengelolaan perilaku bermasalah pada siswa Sekolah Dasar adalah :
1. Guru dapat mengelola dengan baik perilaku bermasalah pada siswa, sehingga proses KBM dapat berjalan dengan baik dan lancar
2. Guru dapat menggunakan strategi yang tepat untuk mengatasi perilaku bermasalah pada siswa, sehingga perilaku bermasalah dapat ditangani dengan tepat dan diatasi dengan baik.
3. Guru tidak perlu khawatir lagi dan cemas dalam menghadapi perilaku bermasalah pada siswa, karena telah memiliki pedoman dalam mengatasi perilaku bermasalah.
4. Guru memiliki cara atau upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya perilaku bermasalah pada siswa.
5. Suasana kelas/sekolah menjadi aman, nyaman, dan tenang terkendali dengan adanya pengelolaan perilaku bermasalah pada siswa.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. Pengertian Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah adalah tingkah laku siswa yang menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan temannya. Lebih lanjut dikatakan apabila anak tiba-tiba tidak dapat melakukan apa-apa juga merupakan indikasi bahwa anak mengalami masalah yang segera harus ditangani gurunya.
Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut tampil dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan.
Penggunaan mekanisme pertahanan diri dalam diri anak sebenarnya dikatakan normal apabila dalam taraf yang tidak berlebihan (apabila mekanisme pertahan diri dalam taraf berlebihan disebut neurotik). Sebab tujuan dari mekanisme pertahanan diri adalah untuk melindungi ego dan mengurangi kecemasan yang setiap saat diperlukan setiap orang terutama pada anak-anak.

B. Strategi pengelolaan prilaku bermasalah
Salah satu prinsip umum yang bermanfaat dalam memilih sebuah strategi adalah menggunakan sebuah pendekatan yang efektif dalam menghentikan perilaku yang tidak pantas dengan segera dan yang memiliki dampak negatif paling sedikit.
1. Intevensi Kecil
a) Penggunaan Isyarat Noll
Terkadang menyentuh dengan lembut dilengan atau bahu dari siswa tersebut membantu mengisyaratkan keberadaan Anda dan memiliki efek menenangkan.
b) Teruskan Kegiatan yang Sedang Berlangsung
Sering kali perilaku siswa sangat mengganggu selama masa transisi di antara kegiatan atau selama waktu kosong ketika tidak ada fokus yang dikhususkan bagi pengawasan waktu kosong. Lakukan saja kegiatan selanjutnya dan arahkan para siswa tersebut pada perilaku yang dibutuhkan.

c) Gunakan Kedekatan
Menggabungkan kedekatan dengan isyarat non-verbal untuk menghentikan perilaku yang tidak pantas tanpa mengganggu pelajaran.
d) Gunakan Kelompok Fokus
Gunakan peringatan, pertanggungjawaban grup, atau format partisipasi yang lebih tinggi lagi untuk mengembalikan perhatian siswa pada mata pelajaran ketika perhatian telah mulai tidak fokus atau ketika para siswa sudah tidak aktif lagi dalam jangka waktu yang lama.
e) Berlakukan Penghentian Sejenak
Beritahukan kepada para siswa untuk menghentikan perilaku yang tidak diharapkan. Lakukan kontak mata secara langsung dan bersikap asersif. Pertahankan komentar Anda sesingkat mungkin, dan awasi situasi tersebut hingga siswa tersebut mematuhi.
Masih banyak strategi dalam mengatasi perilaku bermasalah siswa diantaranya arahkan kembali perilaku, memberikan intruksi yang dibutuhkan, berikan sebuah pilihan kepada siswa.

2. Intervensi Sedang
a) Menahan Sebuah Hak Istimewa
Para siswa yang menyalahgunakan sebuah hak istimewa (misalnya, yang diperbolehkan bekerja bersama dalam kelompok dalam sebuah proyek, duduk didepat teman-teman, atau memiliki kebebasan berkeliling ruang kelas tanpa izin) dapat kehilangan hak istimewa tersebut dan diwajibkan mendapatkannya kembali dengan menerapkan perilaku yang pantas.
b) Mengisolasi atau Memindahkan Siswa
Para siswa yang mengganggu sebuah kegiatan dapat dipindahkan ke tempat lainnya dari ruangan tersebut, jauh dari para siswa lainnya. Adalah sangat membantu untuk memiliki ruangan dengan sisi-sisi, atau setidaknya sebuah meja dibagian belakang ruangan yang membelakangi para siswa.

c) Gunakan Sebuah Hukuman
Sebagai contoh, dalam pendidikan jasmani, para siswa mungkin diharuskan untuk berlari sebanyak satu putaran tambahan atau melakukan pushup. Atau pelajaran matematika, siswa diberikan soal tambahan.
Strategi lain yang bisa diterapkan adalah memberikan penahanan, dan melaporkan ke kantor sekolah.

3. Intervensi yang Lebih Besar
a) Gunakan Prosedur Intervensi Lima Langkah
Jones dan Jones (2001), menyarankan lima langkah berikut ini ketika berurusan dengan perilaku siswa yang mengganggu :
Langkah 1 : Gunakan sebuah tanda non-verbal untuk mengisyaratkan pada siswa tersebut agar berhenti.
Langkah 2 : Jika perilaku tersebut tidak berhenti, mintalah siswa tersebut untuk menaati peraturan yang diinginkan.
Langkah 3 : Jika gangguan tersebut masih berlanjut, berikan pilihan kepada siswa berupa menghentikan perilaku tersebut atau memilih mengembangkan sebuah rencana.
Langkah 4 : Jika siswa tersebut masih juga belum berhentu, wajibkan kepada siswa tersebut agar berpindah ke wilayah yang sudah ditunjuk dalam ruangan untuk menuliskan sebuah rencana.
Langkah 5 : Jika siswa tersebut menolak mematuhi langkah 4, kirimkan siswa tersebut ke lokasi lainnya (misalnya kantor sekolah) untuk menyelesaikan rencana.
b) Gunakan Strategi “Saatnya Berfikir”
Strategi saatnya berpikir menyingkirkan siswa yang tidak mau patuh ke ruang kelas dari guru lainnya untuk memberikan waktu bagi siswa tersebut untuk mendapatkan fokusnya dan masuk kembali ke ruang kelas setelah melakukan komitmen untuk mengubah perilaku (Nelson & Carr, 2000).



c) Gunakan Model Terapi Realitas
Gagasan William Glasser (1975) dapat diterapkan menggunakan tahapan berikut ini :
1) Membentuk keterlibatan dengan para siswa
2) Fokus pada masalah
3) Siswa harus menerima tanggung jawab bagi perilaku tersebut
4) Siswa sebaiknya mengevaluasi perilaku tersebut
5) Kembangkan sebuah rencana
6) Siswa harus membuat sebuah komitmen untuk menaati rencana
7) Tindak lanjuti dan laksanakan.
Selain itu strategi yang dapat digunakan adalah berunding dengan orang tua, dan membuat sebuah kontrak individual dengan siswa.

C. Upaya Orang Tua dan Guru Untuk Menanggulangi Perilaku Bermasalah
Peranan Lembaga Pendidikan Untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau setiap lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan masing-masing.
Pertama, lembaga keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Kehidupan kelurga yang kering, terpecah-pecah (broken home), dan tidak harmonis akan menyebebkan anak tidak kerasan tinggal di rumah. Anak tidak mersa aman dan tidak mengalami perkembangan emosional yang seimbang. Akibatnya, anak mencari bentuk ketentraman di luar keluarga, misalnya gabung dalam group gang, kelompok preman dan lain-lain. Banyak keluarga yang tak mau tahu dengan perkembangan anak-anaknya dan menyerahkan seluruh proses pendidikan anak kepada sekolah. Kiranya keliru jika ada pendapat yang mengatakan bahwa tercukupnya kebutuhan-kebutuhan materiil menjadi jaminan berlangsungnya perkembangan kepribadian yang optimal bagi para remaja.
Kedua, bagaimana pembinaan moral dalam lembaga keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kontras tajam antara ajaran dan teladan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh panutan di masyarakat akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku, dan moralitas para remaja. Kurang adanya pembinaan moral yang nyata dan pudarnya keteladanan para orangtua ataupun pendidik di sekolah menjadi faktor kunci dalam proses perkembangan kepribadian remaja. Secara psikologis, kehidupan remaja adalah kehidupan mencari idola. Mereka mendambakan sosok orang yang dapat dijadikan panutan. Segi pembinaan moral menjadi terlupakan pada saat orang tua ataupun pendidik hanya memperhatikan segi intelektual. Pendidikan disekolah terkadang terjerumus pada formalitas pemenuhan kurikulum pendidikan, mengejar bahan ajaran, sehingga melupakan segi pembinaan kepribadian penanaman nilai-nilai pendidikan moral dan pembentukan sikap.
Ketiga, bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat apakah mendukung optimalisasi perkembangan remaja atau tidak. Saat ini, banyak anak-anak di kota-kota besar seperti Jakarta sudah merasakan kemewahan yang berlebihan. Segala keinginannya dapat dipenuhi oleh orangtuanya. Kondisi semacam ini sering melupakan unsur-unsur yang berkaitan dengan kedewasaan anak. Pemenuhan kebutuhan materiil selalu tidak disesuaikan dengan kondisi dan usia perkembangan anak. Akibatnya, anak cenderung menjadi sok malas, sombong, dan suka meremehkan orang lain.
Keempat, bagaimana lembaga pendidikan di sekolah dalam memberikan bobot yang proposional antara perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor anak. Akhir-akhir ini banyak dirasakan beban tuntutan sekolah yang terlampau berat kepada para peserta didik. Siswa tidak hanya belajar di sekolah, tetapi juga dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mengikuti les tambahan di luar sekolah. Faktor kelelahan, kemampuan fisik dan kemampuan inteligensi yang terbatas pada seorang anak sering tidak diperhitungkan oleh orangtua. Akibatnya, anak-anak menjadi kecapaian dan over acting, dan mengalami pelampiasan kegembiraan yang berlebihan pada saat mereka selesai menghadapi suasana yang menegangkan dan menekan dalam kehidupan di sekolah.
Kelima, bagaimana pengaruh tayangan media massa baik media cetak maupun elektronik yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai oleh berbagai kebrutalan. Pengaruh-pengaruh tersebut maka munculah kelompok-kelompok remaja, gang-gang yang berpakaian serem dan bertingkah laku menakutkan yang hampir pasti membuat masyarakat prihatin dan ngeri terhadap tindakan-tindakan mereka. Para remaja tidak dipersatukan oleh suatu identitas yang ideal.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Perilaku bermasalah adalah tingkah laku siswa yang menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan temannya.
Strategi-strategi yang digunakan dalam mengatasi perilaku bermasalah diantaranya:
1. Intervensi kecil : penggunaan isyarat non-verbal, teruskan kegiatan yang sedang berlangsung, pendekatan, kelompok fokus, arahkan kembali perilaku, memberikan instruksi, penghentian sejenak, berikan pilihan kepada siswa.
2. Intervensi Sedang : menahan hak istimewa, memindahkan siswa, hukuman, penahanan,laporkan kekantor sekolah
3. Intervensi besar : gunakan pemecahan masalah, prosedur intervensi lima langkah, strategi “saatnya berpikir”, model terapi realitas, berunding dengan orang tua, membuat kontrak individual dengan siswa.
Upaya yang dilakukan orang tua dan guru untuk menanggulangi perilaku bermasalah, diantaranya : lembaga keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama, bagaimana pembinaan moral dalam lembaga keluarga, sekolah, dan masyarakat, bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat apakah mendukung optimalisasi perkembangan remaja atau tidak, bagaimana lembaga pendidikan di sekolah dalam memberikan bobot yang proposional antara perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor anak, bagaimana pengaruh tayangan media massa baik media cetak maupun elektronik yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai oleh berbagai kebrutalan.

B. Saran
Guru harus mengerti dan memahami betul maksud dari pengelolaan perilaku bermasalah, agar dapat membedakan anak yang memiliki perilaku bermasalah, atau tidak. Dalam menghadapi perilaku bermasalah pada siswa, sebaiknya guru menggunakan strategi yang tepat, agar perilaku bermasalah tersebut dapat diatasi dengan benar dan tidak mengganggu proses KBM. Guru hendaknya selalu memantau, berkomunikasi dan menjalin kedekatan yang baik dengan siswa dengan sikap yang hangat dan penuh kasih sayang, untuk mencegah timbulnya perilaku yang bermasalah khususnya bullying dan pengaduan. Selain guru, peran orang tua juga penting dalam upaya menanggulangi perilaku bermasalah, oleh sebab itu orang tua dan guru harus bersinergi dan bekerjasama untuk mencegah timbulnya perilaku bermasalah. Guru sebaiknya membuat peraturan-peraturan disekolah, bagi siswa yang melanggar peraturan ditindak dengan tegas agar perilaku bermasalah pada siswa tidak terulang kembali.

























DAFTAR PUSTAKA

Evertson, Carolyn M. ,Emmer, Edmund T. 2011. Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Imron, Ali. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Fandi. 2011. “Bimbingan Bagi Anak Yang Berperilaku Masalah”. http://belajaritu baik.wordpress.com/2011/05/18/bimbingan-bagi-anak-yang berperilakubermasalah-2/. (27 Oktober 2012).

Rian. 2011. “Perilaku Menyimpang”. http://silvrz.blogspot.com /2011/11/perilaku-menyimpang.html. (27 Oktober 2012).










Tidak ada komentar:

Posting Komentar